Kamis, 25 Oktober 2007

Kanzul Fikri, Pimred Seumur Hidup

Innalliahi wa innaillahi Rojiun. Sederhana, ngemong dan seorang teman yang baik. Itulah sosok Kanzul Fikri di mata saya. Ketika membaca kabar duka melalui SMS dari Kakak Ipar saya di Bogor, pikiran saya melalnglang-buana enam atau lima tahun lalu di Bogor saat masih bergabung di Harian Radar Bogor. Pak Kanzul lah yang membimbing saya, hingga menjadi seorang wartawan sampai saat ini saya lakoni.

Saat itu, Radar Bogor belum sebesar seperti sekarang. Berkantor di sebuah bangunan sederhana di Jalan Merak No 1, Pak Kanzul menjadi Wakil Pimpinan Redaksi. Dialah yang membimbing reporter-reporter baru, termasuk saya. Dibawah bimbingan Pak Kanzul, saya dan teman-teman saat itu bukan seperti berada di sebuah koran milik Jawa Pos, tapi malah seperti berada dikantin kuliah yang santai namun intelek.

Saat-saat santai sambil ngobrol ngalor-ngidul itulah Pak Kanzul menularkan ilmunya kepada kami. Melalui cerita-cerita pengalamannya saat menjadi wartawan politik di Jawa Pos biro Jakarta, terbesit kesan bahwa seorang Kanzul Fikri bukan seorang yang sombong. Bahkan sebaliknya, Ia sosok yang sangat sederhana. Tak pernah merasa bangga walau Ia pernah mewawancarai tokoh-tokoh besar seperti Gus Dur, Hamzah Haz hingga politisi-politisi papan atas di DPR.

Bagi saya dan teman-teman, cerita-cerita Pak Kanzul itu sangat mengasyikkan. Berbagi pengalaman, sambil menyampaikan petuah-petuah penting disampaikannya dengan rasa humor yang tinggi. Hal itu sangat membekas di hati saya hingga detik ini.

Kesan saya lainnya pada sosok Pak Kanzul adalah pribadi yang sederhana. Sebenarnya, jika beliau ambisius ingin meraih lebih tinggi seperti yang beliau dapatkan saat ini, managemen Jawa Pos memberikan hal itu kepada wartawan-wartawan senior seperti Pak Kanzul. Tapi, sedikit pun Pak Kanzul tidak bergeming. Ia lebih memilih mendirikan Radar Bogor bersama Berto Riyadi, Alfian Mujani, Afandi dan Ubay Subarna dibandingkan membangun Sumatera Expres dengan Suparno Wonokromo. Alasannya sederhana. ‘’Rumah ku kan di Serpong Pai, jadi lebih dekat ke Bogor,’’ katanya menjawab pertanyaan saya.

Begitu pula dengan gaya hidup Pak Kanzul. Mobilnya hanya sekelas Timor, rumahnya di Bogor pun hanya dua kamar. Padahal jabatan Pak Kanzul adalah pimred sebuah harian besar. Walau pun ada sedikit uang, Ia lebih memilih untuk ditabung buat tiga anaknya yang masih kecil-kecil.

Yah, itulah Pak Kanzul. Orang yang sangat sederhana dan tidak pernah menyombongkan diri.

Pai atau Pa’i

Sebegai wartawan magang, saat yang ditunggu-tunggu termasuk saya adalah memilih kata inisial yang selalu dituliskan diakhir sebuah berita. Saat pertama magang di Radar Bogor, Pak Kanzul sudah memanggil saya dengan sebutan Pa’i. Entah mengapa Ia memanggil saya seperti itu. Tapi, ternyata nama itu begitu berkesan buat saya. Bahkan teman-teman di Radar Bogor yang lain pun memanggil saya Pa’i. Jadilah nama Pai itu saya gunakan hingga saat ini. Yah, buat saya nama itu sebuah penghargaan dari seorang guru yang harus digunakan sampai kapan pun.

Terakhir kali saya bertemu, saat beliau usai dirawat di RS Karya Bhakti beberapa bulan lalu. Walau harus menahan rasa sakit, beliau tetap tersenyum menyapa saya. Saat itu, terlihat sekali perubahan drastis dari fisiknya. Pak Kanzul lebih kurus dan tampak sekali keletihan di wajahnya.

Sebenarnya beberapa kali dalam kesempatan ngobrol di rumahnya, Pak Kanzul kerap mengeluhkan keletihan yang amat sangat. Bayangkan saja, hampir setengah dari usianya dihabiskan menulis berita, mengedit berita hingga mengelola koran tanpa kenal waktu. ‘’Capek Pai aku. Pingin istirahat, tapi nggak bisa,’’ ujarnya.

Kendati Pak Kanzul seorang pemimpin redaksi, tapi sama sekali Ia tidak pernah menjadikan jabatan itu sebagai alat untuk menekan wartawannya. Pak Kanzul tidak pernah marah jika wartawannya berbuat salah. Ia lebih memilih menasihati sambil duduk-duduk ngobrol. Cara seperti itulah yang membuat saya berkesan, ketika harus memilih untuk keluar dari Radar Bogor dan bergabung ke Radar Tarakan. Walau Pak Kanzul kecewa, tapi Ia tetap menjadi seorang teman bahkan sahabat bagi saya.

Selamat jalan Guru. Semoga Kerja keras dan pahalamu mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. (Tarakan, 17 Juli 2006/telah dipublikasikan di Radar Bogor)

TANDA-TANDA SEBELUM KITA MENINGGAL

" Tanda 100 hari menjelang meninggal "
Ini adalah tanda pertama dari
ALLAH SWT kepada hambanya dan hanya akan di sadari oleh mereka yang dikehendakinya. ..... Walau bagaimanapun semua orang islam akan mendapat tanda ini hanya saja mereka menyadari atau tidak.....

Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu ashar, seluruh tubuh yaitu
dari ujung rambut hingga ke ujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan menggigil,contohnya seperti daging lembu yang baru saja disembelih dimana jika diperhatikan dengan teliti, kita akan mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar.... .. Tanda ini rasanya nikmat dan bagi mereka yang sadar dan berdetik dihati bahwa mungkin ini adalah tanda mati, maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah kita sadar akan keha! diran tanda ini.

Bagi mereka yang tidak diberi kesadaran atau mereka yang hanyut dengan
kenikmatan tanpa memikirkan soal kematian, tanda ini akan lenyap begitu saja tanpa sembarang manfaat...

Bagi yang sadar dengan kehadiran tanda ini, maka ini adalah peluang
terbaik untuk memanfaatkan masa yang ada untuk mempersiapkan diri dengan amalan dan urusan yang akan dibawa atau ditinggalkan sesudah mati.

" Tanda 40 hari "
Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu ashar, bahagian pusat kita akan berdenyut-denyut pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya diatas arash ALLAH SWT, maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mulai membuat persediaannya ke atas kita, antaranya ialah ia akan mulai mengikuti kita sepanjang masa ...

Akan terjadi malaikat maut ini memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan
jika ini terjadi, mereka yang terpilih ini akan merasakan seakan-akan bingung seketika... Adapun malaikat maut ini wujudnya cuma seorang tetapi kuasanya untuk mencabut nyawa adalah bersamaan dengan jumlah nyawa yang akan dicabutnya.. .......

" Tanda 7 hari "
Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesaktian dimana orang sakit yang tidak makan, secara tiba-tiba ia berselera untuk makan...

" Tanda 3 hari "
Pada ketika ini akan terasa denyutan di bahagian tengah
dahi kita yaitu diantara dahi kanan dan kiri, jika tanda ini dapat dikesan maka berpuasalah kita selepas itu supaya perut kita tidak mengandungi banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti.... Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat dikesan jika kita melihatnya dari bahagian sisi...

Telinganya akan layu dimana bagian ujungnya akan Beransur-ansur masuk ke
dalam... Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakan...

" Tanda 1 hari "
Akan berlaku sesudah ashar dimana kita akan
merasakan satu denyutan di sebelah belakang yaitu di kawasan ubun-ubun dimana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu ahsar keesokan harinya....

" Tanda akhir "
Akan terjadi keadaan dimana kita akan merasakan sejuk dibahagian pusat dan rasa itu akan turun kepinggang dan seterusnya akan naik ke bahagian Halkum... Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimat SYAHADAT dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada ALLAH SWT yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula...

SESUNGGUHNYA MENGINGAT MATI ITU
ADALAH BIJAK

Jumat, 19 Oktober 2007

idealisme? mengapa?


banyak yang bilang, jurnalis itu kini bak sampah. Yah, tudingan itu wajar. sebab, banyak orang yang memanfaatkan profesi jurnalis untuk mencari uang. padahal semua tahu, jurnalis itu adalah sebuah profesi. yang digerakan oleh hati nurani.

saya berharap blog ini bisa memberikan gambaran kepada anda bagaimana menjadi jurnalis yang idealis.

tapi, di blog ini anda tidak akan selalu disuguhkan tentang lika liku dunia jurnalis. tapi ada juga pengalaman-pengalaman seru selama menggeluti dunia jurnalis. seperti pengalaman wawancara, diving dll. pokoknya, selama anda membuka blog ini dijamin tidak akan pernah mau keluar dari halaman ini.